Memburu Beasiswa Kerajaan Saudi Arabia

Lokasi: Padang Pasir Zulfi Provinsi Riyadh Saudi Arabia

Nama saya Jefri Lapandewa, di bulan Agustus saya di lahirkan. Di bulan Agustus pula pertama kali menginjakkan kaki di kota Makassar untuk menuntut illmu agama Allah Jalla wa‘ala. Dan di bulan Agustus juga saya meninggalkan kampung halaman menuju Ibu Kota sebagai tahap awal memulai perjalanan ke tanah Arab. Betapa rindunya diri ini untuk bisa menginjakkan kaki di tanah dimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meninjakkan kakinya. Rindu beribadah di tanah haram. Rindu menuntut ilmu di tanah haram, rindu menunaikan ibadah haji dan umrah. 

Walaupun bukan dari keluarga yang serba ada dan bukan juga dari keluarga yang berpendidikan tinggi, Ayah tamatan SMA dan Ibu hanya tamatan SMP, tetapi saya tak permah membatasi angan dan mimpi untuk bisa ke luar Negeri. Cerita dari mulut ke mulut alhamdulillah dapat informasi tentang beasiswa Kerajaan Saudi Arabia dari teman-teman kuliah. Iya dari mulut ke mulut bukan dari web atau media, karena sewaktu kuliah di STIBA Makassar mahasiswa tidak di perbolehkan menggunkana hp, kecuali hp jadul yang hanya bisa telfon, sms dan senter. Hanya mahasiswa yang mendapatkan Amanah menjadi ketua tingkat, ketua kamar dan semisalnya yang bisa menggunakannya.

Liburan semester tahun 2017 saya pulang kampung. Bukan pulang berliburan melainkan untuk melengkapi persyaratan beasiswa belajar di tanah Arab. Tahun 2018 memberanikan diri mengirimkan berkas-berkas diportal kampus-kampus Saudi yang membuka pendaftaran beasiswa luar negeri. Tertolak di beberapa kampus tak menjadi persoalan yang menyurutkan semangat memburu beasiswa Kerajaan Saudi Arabia dengan terus melangitkan do’a di setiap sujud-sujud salat dan meminta do’a orang tua. 

Awal 2019 saya berencana berangkat bersama rombongan penuntut ilmu kearah Yaman. Darul Hadist Ma’rib Yaman yang menjadi tujuan untuk mempejari hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Izin orang tua sudah saya kantongi. Selanjutnya meminta arahan dan pertimbangan dari murobbi sekaligus Pembina kami di Ikatan Mahasiswa Buton STIBA Makassar, Ustadz Wahid Minu hafizhahullah. Tak ada komentar dari Beliau kecuali mengarahkan saya untuk menemui Ketua STIBA Makassar Ustadz Muhammad Yusran Anshar hafizhahullah.

“Alangkah baiknya menunggu dulu pengumuman kampus-kampus di Saudi dengan berbagai macam pertimbangan”, balasnya ketika saya hubungi via whatapp. “Jefri kalau seandainya nilaimu semester ini bagus saya akan rekomendasikan dan daftarkan kamu di Qossim University Saudi Arabia” diakhir pesannya. Senang bercampur haru saya rasakan. Bagaimana tidak, hanya seorang mahasiswa yang biasa-biasa datang dari desa yang jauh, belum pernah mengenyam Pendidikan pesantren sebelumnya. Betul-betul memulai dari nol belajar agama dan Bahasa Arab di STIBA Makassar. Tak punya sesuatu yang bisa di andalkan kecuali hanya semangat yang membara. Dan seketika teringat perkataan saya sendiri dan teman ketika duduk berdua bercerita sewaktu semester 1 “siapa kita? Kita bukan siapa-siapa untuk mendapatkan rekomendasi dari Rektor STIBA Makassar”. Ternyata di semester 5 Allah ta’ala betul-betul mengabulkan apa yang hati pinta.

Nilai keluar dan saya dapati namaku di posisi kedua. “gagal dapat rekomendasi dari Rektor, kemungkinan harus posisi pertama teratas baru bisa di perhitungkan” gumamku dalam hati. 
“Jefri kirimkan scan paspor dan ijazahmu” Ustadz Yusran Rektor STIBA Makassar waktu itu mengirimkan pesan via whatsapp setelah beberapa saat nilai kami keluar. Baik ustadz, gemetaran membalas pesannya. Alhamadulillah sungguh diluar dugaan.

April 2019 saya di hubungi oleh kampus Majmaah University yang terletak di salah satu Kota Provinsi Riyadh Saudi Arabia bahwa saya lulus tahap awal (lulus berkas) dan harus mengikuti tes wawancara di Jakarta oleh pihak kampus akan kelayakan bahasa setiap calon mahasiswa baru, karena kampus teserbut tidak menyediakan kelas persiapan bahasa. Gemetaran sudah tentu, Bahagia apalagi. Segera saya hubungi orang tua atas kabar gembira ini. Selanjutnya meminta arahan dan pertimbangan beberapa dosen termasuk Rektor, karena lulus di kampus yang lebih dulu saya mengirimkan berkas-berkas ketimbang kampus yang Rektor daftarkan. Beliau izinkan karena pertimbangan bahwa kalau sudah ada nama di salah satu kampus maka akan sulit lulus di kampus-kampus lain karena sistem di Saudi sekarang sudah seprti itu. 

Alhamdulillah tahun 2022 di berikan kemudahan olah Allah jalla wa‘ala untuk bisa meraih mimpi belajar di tanah Arab. Walaupun keberangkatan sempat tertunda karena pandemi. 

Terimakasih untuk keluarga dan teman-teman yang turut membantu, mulai dari pengurusan berkas-berkas sampai pada bantuan-bantuan finansial. Kalian sungguh baik, saya tak akan pernah melupakan jasa-jasa baik kalian. Semoga Allah jalla wa ‘ala membalas semua kebaikan-kebaikan kalian dengan balasan yang paling terbaik. 

Terimakasih tak terhingga… Tak terhingga terimakasih…

Saudi Arabia, 15 Januari 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Senja yang Semu dan Sesaat

Semangat yang Terpatahkan